Jenis doa yang keempat adalah doa yang kita kenal bersama. Ia terdiri dari dua jenis:
Pertama, doa dalam bentuk perbuatan (fi’li) dan keadaan (hâli). Misalnya, mengerjakan sebab-sebab (bekerja) merupakan doa dalam bentuk perbuatan. Namun perlu dipahami bahwa terkumpulnya sejumlah sebab tidak ditujukan untuk menghadirkan akibat, melainkan untuk menciptakan kondisi yang sesuai dan yang membuat Allah ridha atas permintaan yang diharapkan lewat lisânul hâl (keadaan). Bahkan, perbuatan membajak ibarat mengetuk pintu khazanah kekayaan rahmat Ilahi. Nah, karena jenis doa yang berbentuk perbuatan ini mengarah kepada nama al-Jawâd (Yang Maha Pemurah) dan perlambangnya, maka sebagian besarnya diterima.
Kedua, doa dalam kalbu (qalbi) dan ucapan (qauli). Yakni, memohon terpenuhinya permintaan yang tidak bisa terwujud, dan kebutuhan yang tak bisa digapai oleh tangan. Sisi terpenting dari doa ini, tujuannya yang paling lembut, serta buahnya yang paling nikmat adalah orang yang berdoa menyadari bahwa terdapat Dzat yang mendengar kata hatinya dan dapat menggapai segala sesuatu, Dzat Yang Mahakuasa dalam mengabulkan semua keinginan dan impiannya, serta Dzat Yang mengasihi kelemahan dan kefakirannya.
Karena itu, wahai manusia yang lemah dan fakir! Jangan pernah melepaskan kunci khazanah rahmat yang luas dan sumber kekuatan yang kokoh; yang tidak lain adalah doa. Berpegang teguhlah padanya agar engkau bisa naik ke tingkat kemanusiaan yang paling tinggi. Jadikan doa seluruh entitas sebagai bagian dari doamu seperti seorang sultan. Lalu ucapkanlah (hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan) sebagai hamba universal dan wakil umum. Jadilah ahsanu taqwîm (sebaik-baik makhluk) di alam ini.
Said Nursi, Iman Kunci Kesempurnaan, hlm. 19-20.
Pembahasan berlanjut…